Sudahkah Kamu Bergabung Di Komunitas Pak Rizky? [View|Join Now]

3.21.2008

Tatapan Imaginer dengan Hassan Basry

. 3.21.2008

Brigjen Hasan Basry dilahirkan di Kandangan, Kalimantan Selatan pada tanggal 17 Juni 1923, dan meninggal di Jakarta pada tanggal 15 Juli 1984. Ia dimakamkan di Simpang Tiga, Liang Anggang, Kota Banjarmasin, Kalimantan Selatan. Dianugerahi gelar Pahlawan nasional Indonesia berdasarkan Surat Keputusan Presiden No. 110/TK/2001 tanggal 3 November 2001.
Hasan Basry menyelesaikan pendidikan di Hollands Inlandsche School (HIS) yang setingkat sekolah dasar, kemudian ia mengikuti pendidikan berbasis Islam, mula-mula di Tsanawiyah al-Wathaniah di Kandangan, kemudian di Kweekschool Islam Pondok Modern di Ponorogo, Jawa Timur.
Setelah prolamasi kemerdekaan, Hasan Basry aktif dalam organisasi pemuda Kalimantan yang berpusat di Surabaya. Dari sini ia mengawali kariernya sebagai pejuang. Pada bulan Oktober 1945, ia berangkat ke Banjarmasin untuk mempersiapkan basis bagi kedatangan ekspedisi militer dari Jawa untuk memperkuat perjuangan menghadapi Belanda di Kalimantan Selatan. Ia membina hubungan dengan berbagai pergerakan perjuangan, diantaranya Lasykar Syaifullah. Akan tetapi, kegiatannya diketahui Belanda. Pada pertengahan tahun 1946, Belanda menangkapi tokoh-tokoh Lasykar Syaifullah. Hasan Basry berhasil meloloskan diri. Ia kemudian membentuk wadah perjuangan baru, Benteng Indonesia.

Bulan November 1946, Komandan Divisi IV ALRI di Jawa menugasi Hasan Basry untuk membentuk Batalyon ALRI di Kalimantan Selatan. Tugas itu dilaksanakan dengan cara melebur Benteng Indonesia menjadi menjadi Batalyon ALRI Divisi IV Pertahanan Kalimantan. Ia menempatkan markasnya di Kandangan. Selanjutnya ia berusaha menggabungkan semua kekuatan bersenjata di Kalimantan Selatan ke dalam kesatuan yang baru terbentuk itu.
Perkembangan politik di tingkat pemerintah pusat di Jawa menyebabkan posisi Hasan Basry dan pasukannya menjadi sulit. Sesuai dengan Perjanjian Linggarjati (25 Maret 1947), Belanda hanya mengakui kekuasaan de facto RI atas Jawa, Madura dan Sumatra. Berarti Kalimantan merupakan wilayah yang ada di bawah kekuasaan Belanda. Akan tetapi, Hasan Basry tidak terpengaruh oleh perjanjian tersebut. Ia dan pasukannya tetap melanjutkan perjuangan melawan Belanda. Sikap yang sama diperlihatkan pula terhadap Perjanjian Renville (17 Januari 1948). Ia menolak untuk memindahkan pasukannya ke daerah yang masih dikuasai RI, yakni ke Jawa.
Kemudian semua kesatuan Angkatan Darat di Kalimantan digabungkan ke dalam Tentara dan Teritorium VI/Tanjungpura yang kemudian menjadi Kodam VI/Tanjungpura. Letnan Kolonel Hasan Basry ditetapkan sebagai Komandan Sub Teritorium III Kalimantan Selatan.

Sumber : Wikipedia Indonesia

2 komentar:

Anonim mengatakan...

entah bagaimana menilai hassan baseri...sebagian pihak menilai apabila tidak terjadi proklamasi 17 mei yang dikeramatkan itu, maka bubuhan banjar akan menjadi negara yang besar, bukan manut-manut aja dengan jawanisasi...
samapai saat ini keyakinan saya belum mantap, namun yang pasti Dia mengubah sejarah masyarakat banjar...

M. Rizky Adha, S.Pd mengatakan...

Yup, sebagai orang sejarah kita memang dihadapkan pada perspektif masing2... Dimana retorika kita bermain dalam menelisik sebuah peristiwa. Namun kiranya kita dapat berbesar hati karena integritas wilayah kita dapat di revitalisasikan melalui proklamasi 17 mei... Kiranya anda dapat memaknainya lebih bijak lagi?

:)) ;)) ;;) :D ;) :p :(( :) :( :X =(( :-o :-/ :-* :| 8-} :)] ~x( :-t b-( :-L x( =))

Posting Komentar

Sudah Baca Postingan Yang Ini :

 
Powered by  MyPagerank.Net Add to Technorati Favorites Site Meter site statistics
© Copyright 2007-2008. Aha Blog . All rightsreserved | Aha Blog is proudly powered by Blogger.com | Template by Aha