Aku bukanlah seorang puitis ataupun seorang pujangga… Bukan pula orang yang lihai dalam dalam berkata-kata… Tapi aku adalah orang yang tidak akan pernah menyerah… Aku ingin jujur pada hatiku, bukan mendustakannya dalam sebuah kemunafikan fana… Guratan hatiku ku ingin bercerita bahwa ia ingin lepas dari segala bentuk belenggu yang menghardiknya…!!! Satu kata yang akan aku perjuangkan dan pertahankan bahwa pengharapan ku pada suatu revolusi tak akan pernah padam selamanya…
Kuceritakan kisah ini :
Ini sajak aku dapatkan sewaktu habis pulang dari kuliah pagi, aku ingat kata-kata dosenku saat itu… Kata-kata beliau menjadi inspirasi aku didalam menulis sajak ini… Namun gilanya lagi, ternyata setelah sajak ku ini kutempel di mading… Eh, ternyata ada temanku yang komplain dengan karyaku ini… Aku juga bingung kenapa ia tidak senang dengan sajak yang kutulis ini…??? Apa ia merasa seolah-olah dirinya yang aku
ceritakan? Tapi terserah saja menurutku, kalaupun ia merasa apa boleh buat… Berarti ia sudah jujur dengan kata hatinya, bukan malah menutup-nutupinya kan…? Ini dia sajak yang sampai sekarang membuat aku bingung :
Kuceritakan kisah ini :
Ini sajak aku dapatkan sewaktu habis pulang dari kuliah pagi, aku ingat kata-kata dosenku saat itu… Kata-kata beliau menjadi inspirasi aku didalam menulis sajak ini… Namun gilanya lagi, ternyata setelah sajak ku ini kutempel di mading… Eh, ternyata ada temanku yang komplain dengan karyaku ini… Aku juga bingung kenapa ia tidak senang dengan sajak yang kutulis ini…??? Apa ia merasa seolah-olah dirinya yang aku
ceritakan? Tapi terserah saja menurutku, kalaupun ia merasa apa boleh buat… Berarti ia sudah jujur dengan kata hatinya, bukan malah menutup-nutupinya kan…? Ini dia sajak yang sampai sekarang membuat aku bingung :
Double Standard
Di balik rupamu yang lugu,kau ternyata bermuka dua…
Kau didepanku berlagak manis, bak seorang malaikat…
Namun dibelakangku kau mencoba membunuhku perlahan-lahan…
Hatimu layaknya tak jauh dari iblis…
Kau merenggut semua kebahagiaan dariku…
Dan menikmati penderitaanku denga gelak tawamu yang terbahak-bahak…
Kau menikamku dengan pisau yang tajam dari belakangku…
Menghujamiku dengan penuh kenikmatan…
Nikmatilah kebahagiaanmu…
Namun aku akan bangkit dari kematianku…
Untuk membalas dan merebut apa-apa yang kau rampas dariku…
Oleh tanganmu yang hina itu… (12:09 a.m. 2007)
2 komentar:
Jangan seperti itu. Ketika kau menafsirkan seseorang dengan kata-kata puitis sebenarnya itu bisa menyinggung perasaan orang itu sendiri. Rasa sayang itu wajar ada dan janganlah salah meartikan rasa sayang karena sayang bukan berarti cinta. Dan cinta bukan untuk memiliki.
Wah, kamu salah coy menafsirkan seperti itu??? Aq tidak menganalogikan dengan perasaan, tapi aq berusaha memaknainya... Jadi aq tidak membawa2 hati dalam hal ini, melainkan sisi lain hati qu!!!
You understand!
Posting Komentar