Sudahkah Kamu Bergabung Di Komunitas Pak Rizky? [View|Join Now]

7.29.2008

Kemanakah Mahasiswa Progresif Itu…

. 7.29.2008

Ada hal yang paling membuat hatiku bergejolak ketika acara Latihan Keterampilan Manajemen Mahasiswa yang baru-baru ini diadain oleh teman-teman dari BEM FKIP Unlam. Aku tertegun saat kakak seniorku Dewi Alfianti, meyampaikan materi “Manajemen Isu” kepada kami. Betapa tidak, walaupun jumlah pesertanya sedikit beliau tetap memberikan materi tersebut dengan penuh berapi-api dan semangat. Sesekali beliau melontarkan pertanyaan yang membuat ku beberapa kali harus merenung. Gerakan mahasiswa pada saat ini seringkali di identikkan dengan demonstrasi dan aksi-aksi yang diselingi oleh sikap anarkis Mungkin kita dapat melihat beberapa aksi mahasiswa akhir-akhir ini, selalu berakhir ricuh dengan aparat kepolisian. Banyak faktor yang disinyalir mengapa gerakan demonstrasi mahasiswa perlu ditinjau ulang dari segi manajerialnya. Salah satunya adalah bagaimana seorang mahasiswa dapat peka dan tanggap terhadap terhadap berbagai isu yang berhembus di masyarakat.

Pentingnya mengkaji berbagai isu yang berkembang, menjadi salah satu fondasi yang utama sebelum kita menentukan aksi turun ke jalan. Sensibilitas yang ditimbulkan dari isu yang ada, perlu diperhatikan ekspektasinya kedepan. Mungkin aktivis mahasiswa yang sudah sering turun ke jalan tentunya dapat membaca situasi yang berkembang, melalui proses pembelajaran dari aksi-aksi sebelumya. Berkaca dari hal tersebut aku yakin aksi-aksi mahasiswa kedepannya dapat berlangsung secara damai dan simpatik. Kedewasaan dalam berpikir kritis ada baiknya ditinjau dari berbagai sudut pandang, sehingga pada nantinya penentuan kebijakan/keputusan (decision making) dapat dipertanggungjawabkan.


Dalam tulisanku ini, semata-mata hanyalah reflektivitas pemikiranku sendiri dan bukanlah sok untuk menggurui. Aku lebih menaruh hormat kepada teman-teman aktivis mahasiswa yang berjuang murni hanya untuk kepentingan masyarakat yang dimarjinalkan secara sepihak oleh penguasa, dan bukan karena kepentingan pribadi/golongannya saja atau mencari sensasi yang intinya menuju popularitas semata. Sangat disesalkan apabila setiap aksi mahasiswa ditunggangi oleh pihak-pihak yang tidak bertanggung jawab dan hanya mencari keuntungan dari eksistensi pergerakan mahasiswa. Dalam materi yang disampaikan Kak Dewi (begitu aku panggil beliau), banyak hal yang perlu aku camkan kedalam pribadi diriku. Mahasiswa yang sejati adalah mahasiswa yang selalu bersikap, berbuat, dan loyal terhadap pergerakan yang revolusioner tanpa mengesampingkan bahwa ia merupakan calon intelektual. Apakah kita harus selalu disibukkan oleh kegiatan-kegiatan yang sifatnya akademik, sementara di masyarakat terjadi himpitan sosial yang menggejala ke akar-akar permasalahan hidup? Tegakah kita hanya duduk santai dan tertawa terbahak-bahak dengan teman-teman kita dikampus, sementara ada anak-anak yang tidak mampu bersekolah? Atau kita makan dengan mewahnya, sementara disebelah kita ada rintihan dan tangisan kelaparan yang menggeliat dan memecah relung suasana ramai? Masih tegakah kita melihat dan membiarkan itu semua terjadi secara terus menerus, sementara kita bergelimang dengan nikmatnya kekayaan, kekuasaan dan kebahagiaan fana dunia…

Aku teringat dengan teman-teman seperjuangan dulu pada saat membentuk suatu wadah gerakan yang revolusioner dalam program studi tempat kami bernaung, dengan mendirikan Kelompok Diskusi Mahasiswa Sejarah ’05 (KDMS). Walaupun hanya gerakan “bawah tanah”, ternyata tidak menyurutkan komitmen kami untuk menciptakan suatu perubahan yang positif dan berkontribusi sepenuhnya semata-mata bertujuan untuk membangkitkan eksistensi mahasiswa sejarah dalam geliat dan pergulatan dunia kampus. Tapi sekarang semangat itu seakan-akan meredup sedikit demi sedikit, sehingga tinggal menunggu kematiannya saja. Teman-teman yang paling getol dan vokal dalam menyuarakan aspirasinya, kini tinggallah kenangan… Mereka sekarang larut dengan dunianya masing-masing. Seakan-akan lupa dengan ucapan-ucapan yang telah keluar dari mulutnya… Yaa… aku tidak dapat menyalahkan mereka, karena mereka telah memilih jalan hidupnya yang telah mereka pilih. Apakah mereka masih ingat dengan masa-masa sulit dulu dalam menegakkan idealisme yang telah berakar kuat untuk melakukan perubahan? Atau kini mereka yang berubah seratus delapan puluh derajat… Ahh…Aku tidak tau persis?
Sekarang aku hanya berharap semoga saja pencerahan itu akan datang, atau tidak datang sama sekali… Terlambat sama sekali atau sama sekali terlambat…Aku tidak tahu…

11 komentar:

Anonim mengatakan...

Tidak ada yang berani menentang kebijakan penguasa yang menindas rakyat, kecuali mahasiswa.
Hidup mahasiswa!

M. Rizky Adha, S.Pd mengatakan...

@ Edi Psw : Kita dapat berkaca dari pengalaman sejarah, dimana mahasiswa merupakan ujung tombak dalam menentang rezim yang berbau otoriter.. Dalam hal ini tidak pro rakyat. Hidup mahasiswa

Anonim mengatakan...

Kepekaan sosial kemanusiaan mungkin pak yang harus dipupuk semenjak dini. Kalau pun seorang mahasiswa setelah lulus dan berkarier tetap bisa menumbuhkan kepekaan tersebut minimal di lingkup yang paling kecil yaitu dalam keluarga. Mungkin dengan kepekaan ini memberikan suasana di dalam keluarga menjadi tumbuh solidaritas sosial di dalam masyarakat. ;;)

M. Rizky Adha, S.Pd mengatakan...

@ laporan : Ya, kepekaan sosial saat ini memang perlu kita tekankan dalam pribadi diri kita masing-masing. Mengingat kerasnya arus perubahan soial, kita tidak dapat mengelak dari tuntutan alamiah kita yakni hasrat untuk memenuhi kebutuhan hidup. Namun itu tadi, jalannya sering disalahgunakan. Sebagai contoh seorang koruptor, apakah ia ingat dengan masyarakat miskin, sedangkan ia ingin selalu menambah pundi-pundi kekayaannya. Intinya sudah kaya, ingin tambah kaya pula katanya.. Disini yang bermain hati nurani kita. Jangan sampai hati nurani kita dibutakan...

taufik129 mengatakan...

Hanya intelektual sejati yang bisa memahami keadaan ini, kita jangan selalu terpancing dengan berbagai macam provokasi yang ada, pemerintah tentu telah berjuang keras untuk bangsa ini, kita harus mendukung kebijakan yang menguntungkan rakyat kecil. dan berantas segala yang menguntungkan kaum korup yang tidak bertanggung jawab

M. Rizky Adha, S.Pd mengatakan...

@ Taufik : Hanya segelintir intelektual sejati saja yang memahami akan hal itu. Yang lainnya nonsens aja, mereka lebih memilih menjadi boneka dari sang penguasa daripada membela kepentingan rakyat banyak... Jadi siapa yang telah berbuat zalim?

Anonim mengatakan...

Sudah saatnya kita mulai memupuk kepekaan sosial kita dengan mempertajam ESQ kita supaya menjadi manusia yang sempurna, Intelek dan berakhlak dan bermoral.

taufik129 mengatakan...

makanya jadilah orang yang peka, hehe.

Anonim mengatakan...

saya cuma mau kasih komentar:
tetap rapatkan barisan,satukan hati,pikiran dan
idealisme..

buat melawan..
NEO KOLONIALISME-IMPERIALISME..

HIDUP REVOLUSI..!!

Anonim mengatakan...

Sebuah perubahan besar dimulai dari yang kecil. Saya tidak pernah menentang gerakan mahasiswa seperti demonstrasi misalnya...tapi kadang menjadi sebuah ironi jika ada mahasiswa yang menghabiskan sebagian besar waktunya untuk merencakan dan melaksanakan aksi demo, sedangkan kuliahnya juga terbengkalai. Idealnya ada keseimbangan antara tanggungjawab pribadi sebagai mahasiswa dan tanggungjawab moral pada masyarakat. Bagaimana mau membawa perubahan positif pada skala besar jika skala kecil (baca: diri sendiri) saja tidak mampu...

M. Rizky Adha, S.Pd mengatakan...

@ Septha : Ya, ide yang bagus...

@ Taufik : Peka dalam artian apa Fik?

@ Anonim : Sipp...!!!

@ 1nd1r4 : Ya, buatlah hubungan yang seimbang antara satu sama lain... Insya Allah tujuan yang baik pasti ada jalannya...

:)) ;)) ;;) :D ;) :p :(( :) :( :X =(( :-o :-/ :-* :| 8-} :)] ~x( :-t b-( :-L x( =))

Posting Komentar

Sudah Baca Postingan Yang Ini :

 
Powered by  MyPagerank.Net Add to Technorati Favorites Site Meter site statistics
© Copyright 2007-2008. Aha Blog . All rightsreserved | Aha Blog is proudly powered by Blogger.com | Template by Aha